Bukankah seorang pujangga pun pernah kehilangan kata-katanya.
Rangkaian kata indah dengan untaian makna.
Saat abu penat menderu,
Saat api amarah melahap jati diri.
Lalu apakah yang disebutkan olehnya itu benar ?
Alangkah munafiknya ia memungkiri apa yang ia rasa.
Bahkan dalam keadaan mabuk pun pujangga tau bahwa ia mencintainya –mungkin.
Ia aku mencintainya,
Semua orang tahu itu bahakan kekasihya !
Namun, aku hanyalah kisah yang dituliskan oleh tangan itu.
Kemana ia akan menorehkan tinta hitamnya disanalah aku akan hidup.
Dunia ku hitam putih.
Terkunci diantara garis garis hidup.
Namun akankah ia tahu jika rasa ini untuknya ?
Oh dewa pena, katakanlah padanya….
Ya katakanlah padanya.